PERTANYAAN :
Hadratul kirom para ustadz'.. Assalamualaikum wr wb.. Apakah ada yg tahu hadits yg menjelaskan bhwa sholatnya org yg menikah itu 70 kali dari yg belum nikah??
JAWABAN :
(ركعتان من المتزوج أفضل من سبعين ركعة من الأعزب) لعل وجهه أن المتزوج مجتمع الحواس والأعزب مشغول بمدافعة الغلمة وقمع الشهوة فلا يتوفر له الخشوع الذي هو روح الصلاة.
(1) (عق) عن محمد بن حنفية القصبي عن الحسن بن جبلة عن مجاشع بن عمرو عن عبد الرحمن بن زيد بن أسلم عن أبيه (عن أنس) ظاهر صنيع المصنف أن العقيلي خرجه ساكتا عليه والأمر بخلافه فإنه أورده في ترجمة مجاشع بن عمرو من حديثه وقال : حديثه منكر غير محفوظ.
وفي الميزان عن ابن معين أنه أحد الكذابين ثم أورد له هذا الخبر وقال البخاري : مجاشع بن عمرو منكر مجهول وحكم ابن الجوزي بوضعه ولم يتعقبه المؤلف سوى بأن قال : له طريق أخرى وهي ما أشار إليها بقوله 4474 - (ركعتان من المتأهل) يعني المتزوج (خير من اثنتين وثمانين ركعة من العزب) (1) كما تقرر ولا تعارض بينه وبين ما قبله لاحتمال أن يكون أعلم أولا بالسبعين ، ثم زاد الله في الفضل فأخبر بالزيادة).
“Dua rokaat dari orang yang sudah berkeluarga lebih utama ketimbang tujuh puluh rokaat dari orang yang bujang”. Kemungkinan alasannya adalah orang yang sudah berkeluarga akan terkumpul segala indera dan fokusnya sementara yang masih bujang senantiasa tersibukkan dirinya dalam mengekang gelora birahinya hingga kesempurnaan khusyu’ yang menjadi ruh shalat sulit ia penuhi. Hadits riwayat ‘Uqaily dari Muhammad Bin Hanafiyyah al-Qshby dari Hasan Bin Jablah dari Mujaasyi’ Bin ‘Amr dari ‘Abdurrahman Bin Zaid Bin Aslam dari ayahnya dari Sahabat Anas ra.
Derajat Hadits :
Dalam kitab al-Miizaan dari Ibn Mu’in dinyatakan bahwa ‘Uqaily tergolong diantara para pembohong kemudian mendatangkan hadits tersebut.. al-Bukhori berkata “Mujaasyi’ Bin ‘Amr diinkari dan tidak diketahui. Ibn al-Jauzi menghukumi maudhu’ (palsu) hadits tersebut dan tidak memberi catatan lebih lanjut selain keterangan “Ada jalur lain mengenai hadits diatas dengan redaksi : “Dua rokaat dari orang yang sudah berkeluarga lebih utama ketimbang delapan puluh dua rokaat dari orang yang bujang”.
Tidak terdapat pertentangan diantara dua hadits ini karena memungkinkan ia lebih alim dari tijuh puluh orang kemudian Allah tambahkan keutamaannya dengan diberikan tambahan lain. [ Faidh al-Qadiir IV/50 ].
( ركعتان من المتزوج أفضل من سبعين ركعة من الأعزب ) لأن المتزوج مجتمع الحواس والأعزب مشغول بمدافعه الغلمة وقمع الشهوة فلا يتوفر له الخشوع الذي هو روح الصلاة ( عق عن أنس ) وقال هذا حديث منكر
( ركعتان من المتأهل ) أي المتخذ أهلا أي زوجة ( خير من اثنتين وثمانين ركعة من العزب ) لما تقرر ولأن للقلوب إقبالاً وإدباراً ولا يدوم إقبالها إلا بطمأنينة النفس وكفها عن منازعة الشهوة وترك التشبث بالقلب فإذا اطمأنت واستقرت عن شراستها توفر عليها ومن حقوقها حظوظها التي من أعظمها الجماع وفي أداء الحق إقناع وفي أخذ الحظ اتساع وحينئذٍ يقبل القلب على الرب ويدوم له الحضور في الصلاة وكلما أخذت النفس حظها تروح القلب بروح الجار المشفق براحة الجار ولهذا قال بعضهم النفس تقول للقلب كن معي في الطعام والجماع أكن معك في الصلاة ولا تعارض بينه وبين ما قبله لاحتمال أنه أعلم بالزيادة بعد ذلك ( تمام ) في فوائده ( والضياء ) في المختارة ( عن أنس ) قال ابن حجر حديث منكر ما لإخراجه معنى
“Dua rokaat dari orang yang sudah berkeluarga lebih utama ketimbang tujuh puluh rokaat dari orang yang bujang”. Kemungkinan alasannya adalah orang yang sudah berkeluarga akan terkumpul segala indera dan fokusnya sementara yang masih bujang senantiasa tersibukkan dirinya dalam mengekang gelora birahinya hingga kesempurnaan khusyu’ yang menjadi ruh shalat sulit ia penuhi.
Hadits riwayat ‘Uqaily dari sahabat Anas ra. Pengarang berkata “Ini adalah hadits munkar”. “Dua rokaat dari orang yang sudah berkeluarga lebih utama ketimbang delapan puluh dua rokaat dari orang yang bujang”
Berdasarkan alasan diatas, dan karena tabiat hati kadang tenang kadang kesana kemari dan ketenangan hati tiada akan diperoleh kecuali dengan ketenangan nafsu dari berkecamuknya gelora syahwat, bila hati sudah tenang dan ditundukkan dari keliarannya maka sempurnalah ia, dan sebagian kebutuhannya adalah memenuhi hak-haknya yang sebagian paling dibutuhkannya adalah pelampiasan biologis, Memenuhi kebutuhannya berarti memakaikan perisai, memberikan bagiannya berarti memperkayainya, karenanya saat dihadaan Allah hati akan khudhur (konsentrasi) dalam shalat....
Oleh karena itu sebagian Ulama berkata : “Nafsu seseorang berkata pada hatinya “Bersamakulah saat makan dan senggama niscaya aku akan bersamamu dalam shalat”.... Ibn Hajar menyatakan keberadaan hadits diatas MUNKAR. [ At-Taysiir Bi Syarh al-Jaami’ as-Shaghiir II/70 ]. Wallaahu A'lamu Bis showaab.
No comments:
Post a Comment